Memberitakan Informasi Media Asing: Sindrom Inferiority Complex?
Senin, 27 Juli 2015
Edit
Sindrom Inferiority Complex. Image: overcomingsocialanxiety.com |
MEDIA atau situs info di kita, Indonesia, suka memberikatan info yang muncul di media absurd (Barat). Contoh:
- Ini Kata Media Asing Tentang Raihan Medali Emas Tontowi/Liliyana
- Kelahiran Bayi Kembar Siam Ramai Diberitakan oleh Media Asing
- Tontowi/Liliyana Rebut Emas, Media Asing Bilang Begini
- Media Asing Ramai Memberitakan Kabar Kematian Santoso
Lucu, memberitakan info alias info berisi berita, kaya jeruk makan jeruk gitu lho! :)
Muncul tanya, apa ini tandanya media kita, wartawan kita, masih merasa media absurd lebih baik dan superior dari media kiat? Apa ini mengambarkan bangsa kita, dalam hal ini media/wartawan kita, masih merasa "inferior", masih mengganggap belum setara dengan media asing?
Saya jadi ingat istilah 'Inferiority Complex', penyakit atau sindrom "merasa inferior (minder) terhadap orang lain".
An inferiority complex is a lack of self-worth, a doubt and uncertainty, and feelings of not measuring up to standards. It is often subconscious, and is thought to drive afflicted individuals to overcompensate, resulting either in spectacular achievement or extreme asocial behavior. In modern literature, the preferred terminology is "lack of covert self-esteem". For many, it is developed through a combination of genetic personality characteristics and personal experiences. (Wikipedia)
Seingat saya, istilah 'Inferiority Complex' pernah dipopulerkan tokoh reformasi M. Amien Rais. Menurutnya, bangsa Indonesia, jawaban usang dijajah bangsa asing, masih terkena penyakit 'rasa rendah diri yang berlebihan' (Inferiority Complex). (Lihat: Agenda mendesak bangsa: selamatkan Indonesia!).
Kebalikan perilaku rendah diri (kompleks inferioritas) adalah perilaku jumawa dan percaya diri hiperbola (kompleks superioritas). Dua-duanya tidak boleh, terlarang!
Demikian pertanyaan aku dalam posting ini, apakah media kita mengidap penyakit 'Sindrom Inferiority Complex' terhadap media asing, sehingga harus memberitakan info media asing? Bukankah kita sudah setara dengan mereka? Bukankah sama-sama media? Wallahu a'lam. ().*