Media Sosial Dan Mesin Pencari Sekarang Jadi Sumber Isu Utama

situs isu sebagai andalan untuk mendapat isu atau sumber informasi utama publik A Media Sosial dan Mesin Pencari Kini Kaprikornus Sumber Informasi Utama
MEDIA SOSIAL (Social Media) menggantikan posisi media massa dan/atau situs-situs isu sebagai andalan untuk mendapat isu atau sumber informasi utama publik Amerika dan Indonesia.

Menurut hasil studi Pew Research Center menyerupai dikutip Journalists Resource, sebanyak 63% pengguna Facebook di Amerika Serikat mengakui, mereka mendapat isu di jejaring sosial itu.

Sebanyak 63% pengguna Twitter juga menyampaikan hal yang sama. Mereka melihat platform media umum terpopuler sesudah Facebook itu menjadi sumber berita.

Studi terhadap publik di Indonesia juga menujukkan hasil serupa. Menurut hasil riset Edelman Trust Barometer 2016 di Indonesia, media umum dan mesin pencari (Google, Bing/Yahoo) sekarang menjadi sumber informasi yang paling banyak dipakai dalam mencari berita, jauh meninggalkan TV, koran, blog, dan majalah.

In other results, the influence of peer-driven media in Indonesia was preeminent this year — social media and online search are now the top two “most-used sources” for general news and information — ahead of TV, newspapers, blogs and magazines.

Seperti dikutip The Jakata Post, masyarakat sekarang juga cenderung mencari informasi dari media yang dimotori oleh kerabat dan teman dekat.

Sekitar 75 persen responden berpendapat, mesin pencari sebagai sumber informasi paling terpercaya, diikuti dengan media tradisional dengan 70 persen.

Media daring, media pribadi, dan media umum secara berturut-turut memperoleh nilai 69 persen, 65 persen, dan 63 persen.

Media Sosial, Situs Berita, dan Wartawan

Facebook dan media umum lainnya hakikatnya merupakan media untuk mengumpulkan dan menyebarkan ide. Namun, fungsi itu bermetamorfosis sarana publikasi informasi nyata (Baca: Jurnalisme Media Sosial).

Manajamen ruang isu (newsroom) pun banyak yang mendesak para wartawannya untuk memanfaatkan media sosial guna membagikan hasil kerja mereka dan terhubung dengan publik.

Many journalists are encouraged to engage with audiences by leading Twitter chats, responding to comments left on news articles posted to Facebook and using social media more broadly to develop relationships and drive people to news websites.

Namun demikian, studi menunjukkan, interaksi wartawan dengan pembaca di media umum berdampak buruk.

Media sosial memang ampuh guna mempromosikan sebuah isu atau hasil kerja jurnalistik (journalistic work), namun ada risiko mencederai gambaran profesional wartawan.

Using social media to interact with audiences can hurt journalists’ professional image even if they are not behaving in a way that could be interpreted as “trash talking” or having a conflict of interest, according to the study. 

Faktanya memang demikian. Silakan cek komentar Facebooker, misalnya, di sebuah link isu yang di-share fanspaga situs berita. Jika beritanya "ngawur" atau "tidak akurat", maka bullying dan hujatan akan menimpa situs isu atau wartawan penulis isu tersebut. Wasalam. ().*

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel