Masyarakat Tidak Percaya Jurnalisme Media Sosial

Masyarakat Tidak Percaya Jurnalisme Media Sosial Masyarakat Tidak Percaya Jurnalisme Media Sosial
Masyarakat Tidak Percaya Jurnalisme Media Sosial.

JURNALISME Media Sosial (Social Media Journalism) merupakan ekspresi dominan gres jurnalistik kurun internet atau jurnalistik kurun media sosial.

Saya sudah menulis "definisi" jurnalisme media umum di dua posting: Jurnalistik Media Sosial dan Jurnalisme Media Sosial Update!

Media Sosial sanggup dibilang mendominasi konten dan acara pengguna internet. Wartawan pun ketika ini memakai posting atau status di media sosial, menyerupai Facebook dan Twitter, sebagai materi gosip atau sumber gosip (new sources).

Namun, sebuah studi terbaru menemukan, pembaca ternyata tidak percaya gosip yang berdasar pada media sosial.

Dilansir Metrotvnews, hasil studi ini menunjukkan pembaca lebih suka wartawan mencari materi gosip memakai metode tradisional, menyerupai wawancara secara pribadi atau konferensi pers, ketimbang "liputan online" di media sosial.

"Kami terkejut dengan hasil ini," kata ajun profesor Komunikasi Politik University of Amsterdam, Sanne Kruikemeier, yang merupakan salah satu peneliti dalam studi ini.

"Kami menduga, Twitter sama kredibelnya dengan Wikipedia. Karena di Wikipedia, Anda tidak tahu siapa penulis artikel sementara di Twitter, setidaknya tweet pribadi berasal dari sang nara sumber," imbuhnya.

Narasumber, pejabat, selebritas, atau tokoh masyarakat sekarang sering memberikan pendapatnya melalui media sosial. Netizen pun sering memberikan pendapatnya di media sosial.

Karena itu, tidak heran jikalau wartawan memakai media umum untuk mendapat komentar dari masyarakat terkait suatu topik tanpa harus ke terjun ke lapangan dan bertanya secara langsung.

Sebuah studi tahun 2014 pada lebih dari 1.000 jurnalis menemukan:
  • 54 persen wartawan memakai media umum untuk berbicara dengan narasumber. 
  • 250 wartawan memakai media umum untuk melaksanakan verifikasi informasi. 
  • 20 persen responden memakai media umum untuk melaksanakan wawancara pada nara sumber.

Mencari materi gosip dari media umum telah menjadi sesuatu yang biasa. Hiruk-pikut media umum dimanfaatkan media-media online atau situs berita, bahkan stasiun televisi, untuk menciptakan gosip yang sekiranya menarik dipublikasikan.

Namun, sebuah laporan menyebutkan, 40 persen stasiun TV tidak menyidik gosip yang didasarkan pada media umum dengan saksama.

Sumber awal gosip tetap mempengaruhi dapat dipercaya gosip di hadapan pembaca.

Keraguan masyarakat berasal dari keraguan mereka apakah posting di media umum memang dibentuk oleh sang narasumber atau pihak lain yang ditugaskan untuk mengurus media sosialnya.

Meskipun para pembaca lebih suka jikalau wartawan mencari materi gosip dengan cara tradisional, semakin banyak orang yang memakai media umum untuk menentukan gosip yang mereka baca.

Baca deh: Media Sosial Kaprikornus Sumber Utama Dapatkan Informasi

Karena secara umum dikuasai masyarakat tidak percaya jurnalisme media sosial, maka sanggup jadi, masyarakat pun tidak percaya pada media online atau situs gosip yang 'doyan' memberitakan ekspresi dominan di media sosial. Kredibilitas media memang salah satunya ditentukan oleh sumber dan proses pemberitaan. Wasalam. ().*

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel