Hoax Berkembang Jawaban Krisis Doktrin Terhadap Media Mainstream

Hoax Berkembang Akibat Krisis Kepercayaan terhadap Media Mainstream Hoax Berkembang Akibat Krisis Kepercayaan terhadap Media Mainstream
HOAX atau isu palsu/informasi bohong berkembang akhir masyarakat kehilangan doktrin atas netralitas pers dan isi media mainstream, sehingga masyarakat mencari alternatif dari media sosial.

Demikian dikemukakan Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo dalam diskusi bertema “Strategi Menang Melawan Hoax dan Fitnah” di Gedung Dewan Pers, Rabu (25/1/2017).

Seperti diberitakan laman Berita Lima, Yosep mengaku prihatin dengan mewabahnya hoax di tengah masyarakat cendekia balig cukup akal ini. Persoalan ini bukan hanya menjangkiti masyarakat umum. Kalangan politisi dan jurnalis juga ada yang melaksanakan hoax.

Dikemukakan, hoax merupakan dampai berubahnya fungsi media umum dari media pertemanan dan membuatkan menjadi sarana memberikan pendapat politik dan mengomentari pendirian orang lain.

"Pada ketika yang sama, masyarakat kehilangan doktrin atas netralitas pers dan isi media mainstream, sehingga masyarakat mencari alternatif dari media sosial," tegasnya.

Di Indonesia diperkirakan ada sekitar 2.000 media media cetak. Namun dari jumlah tersebut hanya 321 media cetak yang memenuhi syarat disebut sebagai media profesional.

Jumlah media online (siber) ketika ini di Indonesia diperkirakan mencapai angka 43.300, tapi yang tercatat sebagai media profesional yang lolos verifikasi hanya 168 media online. Hingga selesai 2014 tercatat ada 674 media radio dan 523 media televisi.

PANDANGAN ihwal penyebab berkembangnya hoax di atas selaras dengan yang sudah saya sampaikan di posting sebelumnya di blog ini: Hoax Menggejala Karena Berita Media Mainstream Tidak Berimbang.

Saya sebutkan, selain Berita Lima, Yosep mengaku prihatin dengan mewabahnya hoax di tengah masyarakat cendekia balig cukup akal ini. Persoalan ini bukan hanya menjangkiti masyarakat umum. Kalangan politisi dan jurnalis juga ada yang melaksanakan hoax.

Dikemukakan, hoax merupakan dampai berubahnya fungsi media umum dari media pertemanan dan membuatkan menjadi sarana memberikan pendapat politik dan mengomentari pendirian orang lain.

"Pada ketika yang sama, masyarakat kehilangan doktrin atas netralitas pers dan isi media mainstream, sehingga masyarakat mencari alternatif dari media sosial," tegasnya.

Di Indonesia diperkirakan ada sekitar 2.000 media media cetak. Namun dari jumlah tersebut hanya 321 media cetak yang memenuhi syarat disebut sebagai media profesional.

Jumlah media online (siber) ketika ini di Indonesia diperkirakan mencapai angka 43.300, tapi yang tercatat sebagai media profesional yang lolos verifikasi hanya 168 media online. Hingga selesai 2014 tercatat ada 674 media radio dan 523 media televisi.

PANDANGAN ihwal penyebab berkembangnya hoax di atas selaras dengan yang sudah saya sampaikan di posting sebelumnya di blog ini: judul umpan klik (clickbait) yang bikin jengkel pembaca sebab lebih banyak didominasi isu yang dibungkus judul umpan klik mengecewakan pembaca.

Belum usang ini saya mendapatkan pesan WhatsApp dari seorang wartawan senior di Bandung. Dikakatan, Dewan Pers tidak sanggup menyuruh orang untuk percaya kepada media pers yang sudah diverifikasi atau diberi barcode. Ia bahkan bertanya, apa Dewan Pers, PWI, atau AJI sendiri masih dipercaya masyarakat?

Jadi, faktor TRUST ini penting dijaga oleh kalangan media atau wartawan. Jika kehilangan doktrin dan kredibilitas, maka lambat-laun media itu akan ditinggalkan pembaca dan bangkrut.

Kepercayaan dan dapat dipercaya media dibangun oleh pemberitaan yang berimbang, jujur (fairness doctrine), dan tidak melaksanakan framing.

Saya bahkan "curiga", gencarnya perang terhadap hoax ini juga sebab terus Berita Lima, Yosep mengaku prihatin dengan mewabahnya hoax di tengah masyarakat cendekia balig cukup akal ini. Persoalan ini bukan hanya menjangkiti masyarakat umum. Kalangan politisi dan jurnalis juga ada yang melaksanakan hoax.

Dikemukakan, hoax merupakan dampai berubahnya fungsi media umum dari media pertemanan dan membuatkan menjadi sarana memberikan pendapat politik dan mengomentari pendirian orang lain.

"Pada ketika yang sama, masyarakat kehilangan doktrin atas netralitas pers dan isi media mainstream, sehingga masyarakat mencari alternatif dari media sosial," tegasnya.

Di Indonesia diperkirakan ada sekitar 2.000 media media cetak. Namun dari jumlah tersebut hanya 321 media cetak yang memenuhi syarat disebut sebagai media profesional.

Jumlah media online (siber) ketika ini di Indonesia diperkirakan mencapai angka 43.300, tapi yang tercatat sebagai media profesional yang lolos verifikasi hanya 168 media online. Hingga selesai 2014 tercatat ada 674 media radio dan 523 media televisi.

PANDANGAN ihwal penyebab berkembangnya hoax di atas selaras dengan yang sudah saya sampaikan di posting sebelumnya di blog ini: menurunnya jumlah pembaca media online sebab publik banyak beralih ke media umum dan blog untuk mendapatkan informasi detail dan berimbang. Wasalam. ().*


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel