Pengertian & Karakteristik Bahasa Jurnalistik

 jurnalistik yaitu gaya bahasa yang dipakai oleh wartawan dalam menulis gosip di media Pengertian & Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Pengertian & Karakteristik Bahasa Jurnalistik

BAHASA jurnalistik yaitu gaya bahasa yang dipakai oleh wartawan dalam menulis gosip di media massa. Demikian bahasa jurnalistik sering didefinisikan.

Karenanya, bahasa jurnalistik disebut juga bahasa media, bahasa pers, dan bahasa suratkabar (newspaper languange). Istilah Inggrisnya: Languange of Mass Communications (Bahasa Komunikasi Massa).

Wartawan profesional sangat menguasai gaya bahasa jurnalistik. Karenanya, gosip yang ditulisnya akan ringkas, lugas, gampang dipahami, dan logis.

Jika ada goresan pena wartawan yang tidak lezat dibaca dan "boros kata", dipastikan sang wartawan belum profesional alasannya belum menguasai senjata utama dalam menulis berita.

Bahasa jurnalistik hadir untuk memberi panduan dalam memberikan informasi secara efektif dan efisien. Pembaca lebih suka naskah gosip ringkas (pendek) ketimbang yang panjang. Pembaca lebih suka, lebih tertarik, dan lebih gampang memahami gosip ringkas dan lugas ketimbang yang panjang dan bertele-tele.

Menurut wartawan senior Rosihan Anwar, Bahasa yang dipakai oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik.

Bahasa jurnalistik mempunyai sifat-sifat khas yaitu : singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.

Bahasa jurnalistik mempunyai gaya atau ciri khas tersendiri yang berbeda dengan bahasa akademis, ilmiah, atau bahasa formal (birokratis).

Karakteristik Bahasa Jurnalistik

Saya sudah menuangkan seluk-beluk bahasa jurnalistik ini dalam buku kecil, Bahasa Media: Panduan Bahasa Jurnalistik. Anda yang berminat dapat kontak penerbitnya: BATIC Press Jln. Cikutra 276-D Bandung, Tlp. (022) 7206964.

Berikut ini karakteristik utama bahasa jurnalistik:

1. Ringkas, Singkat, Padat.

Bahasa jurnalistik itu irit kata (economy of words) sehingga menentukan kata-kata atau kalimat yang lebih ringkas ata sedikit huruf. Misalnya, dalam menulis naskah berita, bahasa jurnalistik lebih menentukan kata "sekitar" ketimbang "kurang lebih" dan "mencuri" ketimbang "melakukan pencurian".

Istilah Keep It Simple & Short (KISS) sangat familiar di kalangan wartawan alasannya menjadi fatwa dalam penulisan berita.

Wartawan profesional tidak akan menambahkan kata "lalu" atau "mendatang" dalam, misalnya, digelar 1 Januari 2017 mendatang atau berlangsung 2 Desember 2016 lalu. 

Tambahan kata mendatang dan lalu dalam kalimat di atas tidak perlu alasannya sudah jelas. Demikian juga dalam penulisan hari, tanggal, dan bulan, tidak perlu lagi menambahkan kata pada tanggal, pada hari, atau pada bulan, ibarat pada hari Minggu (4/12/2016), pada tanggal 2 Desember 2016, pada bulan Maret 2017 alasannya sudah dipahami, Minggu, 2 Desember, dan Maret itu yaitu hari, tanggal, dan bulan.

2. Lugas & Jelas

Lugas artinya pribadi kepada pokok permasalahan (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, juga tidak berbunga-bunga atau memakai kata-kata berona (colorful words).

Misalnya, bahasa jurnalistik lebih menentukan menangis ketimbang menitikkan air mata.

Lugas juga berarti tegas, tidak ambigu atau bermakna ganda, menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang dapat membingungkan pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan kesimpulan. 

Kata-kata lugas mengandung makna tunggal atau satu arti, menghindari kemungkinan adanya makna dan penafsiran lain.

3. Sederhana, Praktis Dipahami.

Bahasa jurnalistik menentukan kata atau kalimat sederhana, yaitu menentukan kata atau kalimat yang dipahami orang awam, paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang heterogen.

Contoh, Valentino Rossi mengasapi Jorge Lorenzo bukan kalimat sederhana alias tidak umum, dibandingkan Valentino Rossi mengalahkan Jorge Lorenzo.

4. Hindari Jargon

Sama dengan poin 3, yakni sederhana dan gampang dipahami, bahasa jurnalistik harus menghindari jargon, yaitu kata atau istilah yang hanya dimengerti dan dipahami oleh kalangan tertentu atau sebagian kecil pembaca, contohnya istilah akademis dan teknis.

Kalaupun jargon tidak dapat terhindarkan dalam penulisan berita, maka istilah teknis itu harus disertai klarifikasi dan ditempatkan dalam tanda kurung.

5. Logis

Bahasa jurnalistik memakai kalimat logis, yakni perkataan yang masuk budi (KBBI). Kalimat artinya perkataan. Logis artinya sesuai dengan logika, benar berdasarkan penalaran, atau masuk akal.
Contoh kalimat logis a.l. mengajarkan mata kuliah Jurnalistik di kampus (bukan mengajar mata kuliah alasannya yang diajar yaitu mahasiswa); Lalu-Lintas di Jalan Raya Macet (bukan jalan macet alasannya yang macet alias tidak bergerak itu kendaraan, bukan jalannya).

Kalimat logis juga bermakna terstruktur dengan baik sesuai dengan kaidah bahasa, yaikni mengacu pada rumus Subjek - Predikat - Objek - Keterangan (SPOK), ibarat Mahasiswa menggelar agresi unjuk rasa di depan kampus, Jumat (2/12/2016).

6.  Mengutamakan kalimat aktif

Kalimat aktif lebih gampang dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Kalimat aktif juga lebih dinamis dan "greget" ketimbang pasif. Misalnya, Banjir melanda Kota Bandung lebih baik ketimbang Kota Bandung dilanda banjir.

Demikian ulasan ringkas perihal Pengertian & Karakteristik Bahasa Jurnalistik sebagai panduan menulis gosip bagi pemula. Wasalam. ().*

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel