Media Online Membunuh Media Cetak

 namun jumlah dan oplahnya akan terus berkurang Media Online Membunuh Media Cetak
Media cetak tidak akan mati, masih akan ada yang bertahan, namun jumlah dan oplahnya akan terus berkurang.

BEGITU final menciptakan judul "Media Online Membunuh Media Cetak", aku pribadi select all > search Google for "Media Online Membunuh Media Cetak".

Hasilnya, ada sekitar 115,000 hasil (tulisan/data) indeks Google yang tampil dalam 0.39 detik. Judul-judul posting yang tampil di halaman depan sebagai berikut:
  1. Apakah Media Online Membunuh Cetak?
  2. Media Online bunuh Media Cetak
  3. Satu Persatu Koran di Indonesia Tutup Usia 
  4. Profesor AS Prediksi Internet 'Bunuh' Media Cetak 
  5. Solusi Cerdas Menyelamatkan Industri Media
  6. Media Online Bersaing? Ini Kata CEO TIMES Indonesia
  7. Ada pendapat media online akan membunuh media cetak 
  8. Jurnalisme Di Era Digital dan New Media - Ngalor-Ngidul 
  9. Media Sosial, Ancaman Terbesar Media Cetak 
  10. Media Sosial, Ancaman Terbesar Media Cetak
  11. Persaingan Media Massa (Cetak, Elektronik dan Online)
Ketika dikliki sajian "News" (Berita), yang muncul di posisi teratas malah judul ini: "Nikita Mirzani Bakal Laporkan Sembilan Media ke Polisi"


Posting Media Online Membunuh Media Cetak dibentuk sesudah membaca informasi wacana gulung tikarnya sejumlah media cetak tahun 2015, termasuk Sinar Harapan, Koran Tempo Minggu, dan Harian Bola.

Setidaknya, sudah terbukti, sebagaimana diprediksi, media cetak bakal kewalahan menahan gempuran persaingan media online atau situs-situs berita, ditambah kekuatan media sosial yang tumbuh pesat dan bahkan menggantikan situs isu sebagai sumber utama informasi.

Saya tidak melaksanakan riset data untuk menciptakan posting ini. It's just IMHO, In My Humble Opinion. Media cetak tidak akan mati, masih akan ada yang bertahan, namun jumlah dan oplahnya akan terus berkurang.

Kita bandingkan dengan nasib Radio Siaran yang dulun diprediksi bakal mati sesudah muncul TV. Nyatanya, radio tetap jaya di udara, meski jumlah pendengarnya menurun drastis, juga jawaban dibombardir internet (media online/media sosial).

Media cetak (printed media) yaitu media informasi pertama di dunia. Ia mempunyai sejarah panjang, semenjak berabad lalu, ketika Kaisar Romawi kuno, Julius Caesar, memerintahkan pemasangan Acta Diurna (semacam papan pengumuman atau majala dinding) berisi bermacam-macam informasi.

Internet telah menciptakan orang tidak perlu menunggu waktu usang untuk mengetahui peristiwan terbaru. Wartawan tidak perlu menunggu koran beredar besok hari untuk membuatkan informasi.

Bahkan, everybody can be journalist! Media sosial, blog, aplikasi chatting, dan jejaring sosial lainnya yang "on" 24 jam dalam 7 hari menjadi medium penyebaran informasi aktual, juga promosi, atau sekadar "haha hihu" atau "wkwkwk.." dengan teman.

Kita tidak lagi menunggu tukang koran "melemparkan" suratkabar langganan kita ke teras rumah atau menyelipkannya di Kotak Surat atau di sela-sela pagar rumah. Kita bahkan sanggup pribadi mencari informasi terkini begitu buka mata, berdiri tidur, dengan membuka gadget (smartphone).

Kita tidak perlu berlangganan koran untuk update informasi teraktual. Cukup "beli kuota internet" atau pulsa plus gadget (smartphone). Semua informasi gratis, bahkan "datang sendiri" ke beranda atau feed Media Sosial.

Kita juga tidak harus menyalakan TV untuk mencari informasi audio-visual (video). Ada youtube, ada TV Streaming, yang siap hadir di kamar tidur bahkan di kamar mandi.

Itulah sebabnya, isu Media Online Membunuh Media Cetak menjadi "hantu" bagi praktisi media cetak. Iklan tersedot ke media online, khususnya ke Google. Google membuatkan iklan online ke seluruh dunia melalui jadwal Google AdSense.

Apakah media cetak akan benar-benar mati? Sebagian besar sepertinya ya, hanya sebagian kecil yang akan bertahan dengan oplah terbatas. Wasalam. ().*

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel